Begitu banyak susu berkalsium tinggi yang jargonnya mencegah osteoporosis. Tak pelak, orang dewasa mulai memburu susu berkalsium tinggi yang tersedia dalam beberapa merek yang harganya lumayan mahal.
Tapi apakah kita memang perlu minum susu berkalsium tinggi?
“Tidak harus, terutama jika kebutuhan kalsium tubuh sudah terpenuhi dari makanan sehari-hari,” kata dr Paisal Zain, M Biomed dari Universitas Indonesia.
Sayangnya, lanjut Paisal, konsumsi kalsium rata-rata orang Indonesia masih jauh di bawah normal, yaitu sekitar 250 mg per hari. “Padahal, jumlah yang dianjurkan berkisar antara 1.000 sampai 1.200 mg per hari,” kata dokter yang bekerja untuk Litbang Kementerian Kesehatan itu.
Lebih rinci dia menyebutkan, kebutuhan kalsium untuk pria usia 19-70 tahun sebanyak 1.000 mg per hari, pria usia 71 atau lebih 1.200 mg per hari. Untuk wanita usia 19-50 tahun adalah 1.000 mg per hari, sedangkan wanita usia 51 atau lebih butuh kalsium 1.200 mg per hari. Jika rata-rata asupan hanya 250 mg per hari, maka kebutuhan kalsium masih kurang.
“Untuk memenuhi kekurangan itu, bisa mengonsumsi makanan sumber kalsium termasuk susu berkalsium yang dijual di pasaran,” jelasnya.
Jika tidak terlalu suka minum susu berkalsium, bisa mengonsumsi makanan sumber kalsium. Misalnya, produk olahan susu (keju, es krim, yoghurt), kacang, sayuran hijau (kangkung, bayam, brokoli, daun singkong, daun pepaya), produk olahan kedelai (tahu, tempe, susu kedelai).
Bisa juga dari buah-buahan (jeruk, apel, jambu biji, pepaya, nanas, mangga, alpukat, anggur, pir, pisang, manggis), dan juga ikan terutama yang dimakan dengan tulangnya seperti ikan teri atau sarden.
“Susu berkalsium tinggi dapat menjadi alternatif, terutama pada kasus-kasus di mana konsumsi bahan makanan yang mengandung kalsium kurang atau tidak dapat dipenuhi,” jelas Paisal.
Dalam jangka pendek, tubuh kekurangan kalsium tidak menimbulkan gejala apapun. “Ini karena sistem pengaturan kadar kalsium dalam darah diatur secara ketat. Namun dalam beberapa kasus dapat timbul gejala kesemutan, kram otot, kejang, rewel, nafsu makan terganggu, dan denyut jantung tidak teratur,” jelasnya.
Sedangkan dalam jangka panjang, kekurangan kalsium dapat menyebabkan osteoporosis dan penyakit riketsia.
Lebih lanjut dijelaskan, konsumsi kalsium berperan penting untuk mencegah timbulnya osteoporosis. Namun kekurangan kalsium bukan satu-satunya penyebab osteoporosis. Ada banyak faktor lain seperti kekurangan hormon estrogen (biasanya pada wanita menopause), penggunaan obat-obat kortikosteroid dalam waktu lama, adanya gangguan kelenjar tiroid, dan kurang gerakan fisik. Merokok dan mengonsumsi alkohol berlebihan juga bisa memicu osteoporosis.
Meski pemenuhan kalsium salah satu faktor pencegah osteoporosis, namun bukan berarti boleh berlebihan mengonsumsinya. “Konsumsi maksimal kalsium adalah 2.000 sampai 2.500 mg per hari,” jelas Paisal.
Jika lebih dari itu dapat berdampak tidak baik bagi kesehatan. Ada beberapa gangguan kesehatan yang terpicu akibat kelebihan kalsium. Misalnya, dapat memicu pembentukan batu ginjal, dimana dalam beberapa kasus dapat berlanjut menjadi gangguan fungsi ginjal.
“Kelebihan konsumsi kalsium juga menyebabkan kelelahan dan depresi, penuaan dini, pandangan kabur, kelemahan otot, sulit buang air besar dan perut kembung. Selain itu, bisa menyebabkan gangguan penyerapan mineral Fe, Mg, dan Zn,” jelasnya.
Sumber : www.yahoo.com
0 comments:
Posting Komentar